Siapa tak kenal masjid al-Aqsha, bangunan bersejarah yang pernah menjadi kiblat pertama umat Islam. Kini keberadaannya semakin terancam, kaum Yahudi selalu ingin merobohkannya dan membangun kembali Haikal Sulaiman.
Bicara Bait al-Maqdis tak bisa lepas dari bumi Palestina. Palestina telah ditakdirkan menjadi tempat para Nabi dan Rasul yang membawa bendera tauhid. Mereka mengajak masyarakatnya untuk patuh kepada ajaran tersebut. Dalam sejarah kunonya, Palestina telah menyaksikan berbagai model kepemimpinan dan kekuasaan para Nabi dan raja. Mereka harus menghadapi banyak peperangan sengit untuk menegakkan bendera kebenaran di atas tanah yang berkah ini.
Umat Muhammad meyakini dan mengimani semua Nabi dan Rasul. Sebagaimana kita yakini bahwa ajaran Islam adalah ekstensi atau perpanjangan dari ajaran para Nabi terdahulu. Walau nasab-nya terbelah antara keturunan Ismail dan Ishaq tetapi mereka bersaudara, mengemban satu misi menegakkan tauhid.
“Para nabi itu bersaudara karena berbagai sebab. Ibu mereka berbeda sementara agamanya satu.”1
Klaim Yahudi atas Palestina
Kaum Yahudi mengklaim Palestina sebagai haknya. Tentu klaim tidak serta-merta diakui, apalagi dilakukan oleh bangsa yang telah berkhianat kepada Allah dan Nabi-Nya sepanjang masa. Disimpulkan oleh sejarahwan, berbagai bangsa pernah mendiami wilayah ini, memerintah, melewati dan menguasainya. Diperkirakan pula masa kekuasan setiap kelompok bangsa. Diantaranya diketahui kaum Yahudi pernah berkuasa di Palestina begitu singkat dibanding bangsa Babilonia, Persia, Romawi atau Yunani. Sementara yang terbukti paling lama memakmurkan wilayah penuh berkah tersebut adalah Arab dan Muslim. Simpulan para sejarahwan itu hanya didasarkan pada ilmu arkeologi dan situs sejarah.
Memang catatan sejarah tersebut sangat mendasar untuk membantah klaim Yahudi dari aspek historis dan rasionalitas yang logis. Sayang ada dua kesalahan yang dilakukan oleh kebanyakan ahli sejarah, yaitu:
Menisbahkan warisan para Nabi yang pernah diutus Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya bumi Palestina, kepada Bani Israil.
Menjelekkan biografi sebagian Nabi yang diutus kepada Bani Israil berdasar argumentasi kitab Taurat yang telah diselewengkan. Hanya untuk menunjukkan betapa kaum Yahudi telah berlaku keji, kejam, makar dan hina, mereka harus mempercayai berita israiliyat. Cerita israiliyat menuduh para nabi melakukan tipudaya, kebohongan, perzinaan dan pemerkosaan hak-hak serta pembunuhan orang-orang yang tak berdosa.
Al-Qur'an telah memberikan tanda untuk mengidentifikasi tindak-tanduk bangsa Yahudi yang menandakan kemerosotan moral dan budaya. Para Nabi dan para pengikut mereka yang lurus adalah persoalan lain. Nabi-nabi adalah manusia terbaik. Mereka tidak pada tempatnya untuk dilecehkan. Kita tidak boleh terpikat pada cerita-cerita Bani Israil yang tidak saja menjelekkan para Nabi bahkan juga menghina Allah. Allah mengisahkan kotornya lisan Bani Israil; “Orang-orang Yahudi berkata, 'Tangan Allah terbelenggu.'” (QS. al-Maidah [5] : 64)
Klaim pun mereka lakukan terhadap Ibrahim 'alaihis-salam sebagai Yahudi, sebagaimana Yahudi pun mengklaim menjadi bangsa yang tidak akan disentuh api neraka kecuali hanya beberapa hari. Sementara Allah dengan tegas mementahkan klaim asal-asalan tersebut.
“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nashrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali dia tidak termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Ali Imran [3] : 67)
Secara umum umat yang menganut ketauhidan adalah umat yang satu, sejak Nabi Adam 'alaihis-salam hingga kiamat. Para Nabi, Rasul, dan pengikut setia mereka adalah bagian dari umat tauhid. Dakwah Islam adalah perpanjangan dakwah mereka. Dan umat Islam paling berhak terhadap Nabi-nabi dan Rasul-rasul, beserta warisan mereka.
Benar bahwa Allah telah memberikan tanah Palestina kepada Bani Israil, dengan catatan mereka setia mengikuti dan menempuh jalan Allah, yakni saat mereka menjadi representasi umat tauhid pada zaman yang lampau. Fakta ini perlu diungkap, tidak perlu ditutupi dan diingkari. Allah yang mengisahkan perkataan Musa 'alaihis-salam; “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. al-Maidah [5] : 21)
Dalam perjalanannya kaum Nabi Musa 'alaihis-salam banyak yang mbalelo. Ketika Musa 'alaihis-salam masih hidup saja mereka berani kembali berbuat syirik dengan menyembah patung anak sapi dari emas, di hadapan Nabi Harun 'alaihis-salam pula. Bahkan berkata lancang; “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (QS. Thaha [20] : 88)
Sepeninggal Musa diutuslah Nabi-nabi selanjutnya. Kedatangan mereka selalu dilecehkan oleh Bani Israil, bahkan bersama para pendukungnya Nabi-nabi tersebut sebagian dibunuhi. Melihat kebejatan orang Yahudi sejak dulu, pantaskah klaim mereka atas Palestina? Mereka sudah keluar dari pakem ajaran Ibrahim yang lurus, berubah jadi bangsa penyembah berhala dan lekat dengan kezhaliman. Klaim mereka hanya didasarkan pada catatan-catan Taurat yang telah dikotori oleh tangan mereka. Salah satunya berbunyi; “Tuhan dan Ibrahim menyepakati piagam yang berbunyi; Untuk keturunanmu Aku berikan tanah ini yang membentang dari sungai Mesir hingga sungai Besar dan sungai Eufrat.”
Kalaupun isi Taurat itu benar, Maha Suci Allah dari penyifatan mereka, maka Allah mengingatkan janji Ibrahim yang utuh.
“Allah berfirman; 'Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.' Ibrahim berkata; '(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.' Allah berfirman; 'Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zhalim.'” (QS. al-Baqarah [2] : 124)
Bukankah kaum Yahudi telah menolak para Nabi, bahkan membunuhinya, ketika ajarannya tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka? Bukankah mereka menghabisi orang-orang shalih pengikut Nabi Yahya dan Isa 'alaihimus-salam? Bukankah kaum Yahudi pula yang mengkhianati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Muhammad dan kaum Muslimin? Juga merekalah yang telah melakukan percobaan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak 3 kali. Artinya kesyirikan, kezhaliman, kekafiran, upaya menghalangi menuju jalan Allah dan melakukan kerusakan di muka bumi adalah persoalan terbesar perilaku Bani Israil!
Karena itulah legitimasi atas pemerintahan tanah suci ini harus diberikan kepada umat yang tetap berjalan di atas jalan para Nabi dan menjunjung tinggi bendera ajaran mereka, yaitu umat Islam. Persoalan yang ada di dalam pemahaman kita bukan berhubungan dengan bangsa, keturunan dan kaum, namun lebih kepada loyalitas untuk mengikuti jalan dan manhaj ini.
Ikatan akidah dan iman adalah dasar yang menyatukan umat Islam walau berbeda bangsa dan warna kulit, maka umat inilah yang paling berhak terhadap warisan para Nabi termasuk dari para Nabi Bani Israil. Umat Islamlah yang masih tetap konsisten menjunjung tinggi bendera tauhid yang dibawa para Nabi. Mereka adalah orang yang tetap menapaki jalan para Nabi. Para Nabi adalah orang-orang yang berserah diri (muslimun).
“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran[3] : 68)
Yahudi Menggali Kuburnya Sendiri
Dengan congkak kini kaum Yahudi mengangkangi bumi Palestina dan berusaha mengotori kesucian al-Aqsha. Para ulama telah menelurkan fatwa bagi kaum Muslimin untuk membantu pembebasan negeri para Nabi dari cengkeraman kaum yang dilaknati dengan lisan Nabi Dawud tersebut.
Syaikh Bin Baz tahun 1967 telah mengeluarkan fatwa kewajiban berjihad membebaskan Palestina. Jihad sempat berlangsung, tapi begitu singkat, berhenti hanya beberapa hari. Kemenangan dipetik kaum Yahudi. Faktornya banyak, yang paling menonjol, menurut beliau, Muslimin Arab kurang istiqamah terhadap agamanya, disamping mau bersatu. Beliau memandang Palestina bukan sekadar kasus nasionalisme dan perebutan batas tanah, tapi permasalahan akidah Islam. Karena itu beliau menghimbau seluruh kaum Muslimin sedunia untuk membantu Palestina sesuai kemampuan.
Kini kaum Muslimin dalam kondisi lemah dan tercerai-berai. Akibatnya kaum Zionis bisa berbuat semaunya. Dibutuhkan dakwah yang serius dengan konsep tarji'u ila dinikum, sehingga umat ini memahami Islam sebagaimana pemahaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sahabat, tabi'in dan tabi'ut-tabi'in. Dengan begitu kaum Muslimin akan mengalahkan kezhaliman Yahudi.
Di bumi yang mulia itulah kelak akan menjadi pusat al-Khilafah al-Islamiyah.
“Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau melihat khilafah telah menguasai tanah yang disucikan, maka (ketahuilah bahwa) sungguh telah dekat (waktu terjadinya) gempa-gempa bumi, kekacauan-kekacauan, dan peristiwa-peristiwa penting, dan hari kiamat saat itu lebih dekat dengan umat manusia daripada dekatnya tanganku ini dengan kepalamu.”2
Disanalah berkumpul orang-orang pilihan yang senantiasa menyerukan kebenaran hingga datang hari kiamat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;
“Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang tetap tegak di atas kebenaran, akan mengalahkan musuh-musuh mereka. Tidak membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka, kecuali kesulitan-kesulitan yang menimpa mereka. Keadaan mereka akan senantiasa seperti itu sampai datang keputusan dari Allah.” Para sahabat bertanya; “Lalu dimana mereka, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab; “Di Baitul-Maqdis dan sekitarnya.”3
Kapan kemenangan kaum Muslimin memang tidak bisa diprediksi. Bisa jadi suatu (ketika) menang, di lain kesempatan kalah karena hukuman akibat jauhnya kaum Muslimin dari agama. Yang jelas sejarah akan membuktikan bahwa kemenangan akhir berada di tangan kaum Muslimin.
Kalau toh kaum Yahudi bersikeras mengangkangi tanah Palestina, berarti mereka telah menyiapkan kuburnya di sana. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjanjikan nubuwah atas kemenangan kaum Muslimin. Saat itu terjadi peperangan dengan Muslimin, kaum Yahudi akan lari kocar-kacir. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;
“Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi. Kaum Muslimin akan membunuhi mereka sehinga mereka bersembunyi di balik bebatuan dan pepohonan. Saat itulah batu dan pohon, kecuali pohon Ghargad4, akan berseru; 'Wahai Muslim, wahai hamba Allah ini di belakangku ada Yahudi! Kemari dan bunuhlah!'”5
Saat itulah kemenangan pasti di tangan kaum Muslimin, sementara kekalahan, bahkan kehancuran, dialami kaum Yahudi. Tidak sepantasnya kaum Muslimin kehilangan semangat melihat kelemahan umat sekarang ini sementara kaum Yahudi bebas melakukan kezhaliman dengan dukungan kaum Salibis. Yakinlah Allah pemilik masjid suci al-Aqsha, Dia-lah yang akan menjaganya. Akankah sebelum kasus seperti dalam hadits tersebut kaum Muslimin menuai kemenangan? Marilah kita terus berjuang sambil menanti janji sejarah Palestina! Wallahul musta'an wa 'alahi tuklan!
Referensi:
Majalah al-Ashalah volume V nomor 30, 15 Syawwal 1421 H, hal. 30. Didukung dari beberapa sumber lain.
Catatan Kaki:
^ Shahih al-Bukhari, Kitab Ahadits al-Anbiya (3443).
^ Riwayat Abu Dawud dan Ahmad dari 'Abdullah bin Hawalah al-Azadi
^ Musnad Imam Ahmad, Kitab Baqi Musnad al-Anshar (21816).
^ Sejenis pohon berduri yang dikenal di kalangan Yahudi.
^ Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyratu as-Sa'ah (2922).
Sumber: Artikel ini disalin dari Majalah Fatawa, volume 2 nomor 11, September 2006 M/Sya'ban 1427 H, halaman 4-7.
http://ahlussunnah.info/artikel-ke-65-janji-sejarah-palestina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar